Wakaf SMP Islam Ibnu Umar

Cahaya Bulan dalam Kacamata Islam

 



Cahaya Bulan dalam Kacamata Islam

Pertanyaan:

Assalamu'alaikum ustadz, bagaimana Islam menyikapi soal cahaya bulan? Apakah dipancarkan sendiri atau dipantulkan dari matahari? Karena anak saya bertanya. Khususnya tafsir QS. Al-Furqan ayat 61.

(Dari : Tiny)


Jawaban:

Beberapa pendapat ulama' tentang arti ضياء dan نور

Abu Hilal Al-Askary berkata, kata “dhiya” berarti cahaya yang dihasilkan dari dzat yang bercahaya tersebut, sedangkan “nur” berarti cahaya yang dihasilkan dari benda lain (cahaya pantulan).


Hal ini seperti termaktub dalam firman Allah:


{ هُوَ الَّذِي جَعَلَ الشَّمْسَ ضِيَاءً وَالْقَمَرَ نُورًا } {يونس: 5}

"Dialah yang menjadikan matahari bersinar dan bulan bercahaya." (QS. Yunus ayat 5)

Ini juga merupakan pendapat Al-Alusi dalam tafsirnya Ruuhul Ma'any.

Ada yang berpendapat nur adalah cahaya yang berasal dari dzatnya sendiri, bukan pantulan, didasarkan pada firman Allah:

اللَّهُ نُورُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ مَثَلُ نُورِهِ كَمِشْكَاةٍ فِيهَا مِصْبَاحٌ الْمِصْبَاحُ فِي زُجَاجَةٍ الزُّجَاجَةُ كَأَنَّهَا كَوْكَبٌ دُرِّيٌّ يُوقَدُ مِنْ شَجَرَةٍ مُبَارَكَةٍ زَيْتُونَةٍ لَا شَرْقِيَّةٍ وَلَا غَرْبِيَّةٍ يَكَادُ زَيْتُهَا يُضِيءُ وَلَوْ لَمْ تَمْسَسْهُ نَارٌ نُورٌ عَلَى نُورٍ يَهْدِي اللَّهُ لِنُورِهِ مَنْ يَشَاءُ وَيَضْرِبُ اللَّهُ الْأَمْثَالَ لِلنَّاسِ وَاللَّهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمٌ [النور: 35]

"Allah (Pemberi) cahaya (kepada) langit dan bumi. Perumpamaan cahaya Allah, adalah seperti sebuah lubang yang tak tembus, yang di dalamnya ada pelita besar. Pelita itu di dalam kaca (dan) kaca itu seakan-akan bintang (yang bercahaya) seperti mutiara, yang dinyalakan dengan minyak dari pohon yang berkahnya, (yaitu) pohon zaitun yang tumbuh tidak di sebelah timur (sesuatu) dan tidak pula di sebelah barat(nya), yang minyaknya (saja) hampir-hampir menerangi, walaupun tidak disentuh api. Cahaya di atas cahaya (berlapis-lapis), Allah membimbing kepada cahaya-Nya siapa yang dia kehendaki, dan Allah memperbuat perumpamaan-perumpamaan bagi manusia, dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu." (QS. An-Nur ayat 35)

Ibnu Rajab mengatakan, ”Dhiya adalah cahaya yang mengandung unsur panas dan membakar, sedangkan nur adalah cahaya yang murni memberikan penerangan dan tidak ada unsur panas dan membakar".


Syaikh Utsaimin berkata, dalam hadits disebutkan, “Kesabaran adalah dhiya’, sedangkan ‘shalat adalah nur’ artinya bahwa dhiya itu ada unsur panas, dimana kesabaran adalah sesuatu yang panas/berat dan menyakitkan. Seperti juga dalam firman Allah.


{هُوَ الَّذِي جَعَلَ الشَّمْسَ ضِيَاءً وَالْقَمَرَ نُورًا } [يونس: 5]

"Dialah yang menjadikan matahari bersinar dan bulan bercahaya." (QS. Yunus ayat 5)


Karena dalam sinar matahari mengandung unsur panas sedangkan bulan tidak.

Kesimpulan:


1. Terjadi perbedaan pendapat, apakah sinar yang dihasilkan bulan, berasal dari bulan itu sendiri atau merupakan pantulan dari matahari.

2. Secara priadi berpendapat, bahwa cahaya dari bulan adalah cahaya sendiri, dengan beberapa hal:

Allah sindiri Dzat-Nya dengan menggunakan kata Nur.

Jika cahaya bulan merupakan pantulan dari matahari, maka cahaya tersebut tetap harus punya sifat panas dan membakar, karena bulan hanya sekedar memantulkan saja. 


Allahu a'lam bishowab. In akhto'tu Allahu wa rasuluhu barii-ani min hadzaa.


Dijawab oleh: Ustadz Abu Abdirrahman Musthofa Ahmada, Lc., MA.

Artikel: www.ibnuumar.or.id

Posting Komentar

0 Komentar