Kebenaran Bukan Milik Mayoritas
Ketika orang berjalan di atas kesesatan dan kekeliruan, acapkali ia menggunakan dalil-dalil yang ia pelintir sedemikian rupa sehingga mampu, seolah-olah, menopang pondasi kekeliruanya dalam beragama. Dalil yang seharusnya bukan pada tempatnya, akhirnya mereka coba paksakan sehingga terkesan menjadi cocok. Contohnya, adalah ketika mereka mengatakan bahwasanya amalan bid’ah ini dikerjakan banyak orang, apakah mungkin yang banyak ini akan diadzab oleh Allah?
Adapula sebagian manusia yang berdalil bahwasanya kebenaran adalah bersama kelompok yang banyak pendukungnya dengan hadits:
(( لَا تَجْتَمِعُ أُمَّتِي عَلَى ضَلَالٍ ))
"Umatku tak akan sepakat dalam kesesatan."
(( لا تجتمع أمتي على الخطأ. ))
"Umatku tak akan bersepakat di dalam kesalahan."
Dalil di atas adalah benar adanya, akan tetapi keliru penempatan dan penerapanya jika digunakan untuk menghukumi standarisasi kebenaran adalah dengan melihat banyaknya jumlah orang yang mengerjakannya. Berikut penjelasanya:
1. Hadits di atas adalah dalil tentang terbebasnya ulama islam dari berijma’ atas perkara yang bathil. Dan ini adalah hadits yang dijadikan sandaran oleh para ulama ushul akan bolehnya berdalil dengan ijma’.
2. Ijma’ itu dicapai jika terjadi kesepakatan antara semua ahlul ilmi tanpa ada satu pun yang menyelisihinya. Adapun kesepakatan sebagian besar di antara mereka maka itu bukanlah ijma’.
3. Kesepakatan antara orang-orang awam, walaupun jumlah mereka banyak, maka ini tidak tercapai kata ijma’. Karena ada kaidah:
العبرة بأهل العلم لا بالعامة والجهلاء
"Al Ibrah (sesuatu yang dianggap) itu adalah yang bersama ulama, bukan yang ditentukan oleh orang awam atau orang yang jahil."
4. Banyaknya jumlah orang yang mengerjakan suatu amalan bukanlah tanda-tanda kebenaran amalan tersebut. Karena kebenaran itu dikenali dari dalilnya bukan dari banyaknya orang yang mengerjakannya.
5. Allah seringkali di dalam Al Qur’an mencela golongan mayoritas:
وَإِنْ تُطِعْ أَكْثَرَ مَنْ فِي الأرْضِ يُضِلُّوكَ عَنْ سَبِيلِ اللَّهِ
"Dan jika kamu menuruti kebanyakan orang-orang yang di muka bumi ini, niscaya mereka akan menyesatkanmu dari jalan Allah……." (Al An’aam:116)
وَمَا أَكْثَرُ النَّاسِ وَلَوْ حَرَصْتَ بِمُؤْمِنِينَ
"Dan sebahagian besar manusia tidak akan beriman, walaupun kamu sangat menginginkannya."(Yusuf: 103)
إِنَّهُ الْحَقُّ مِنْ رَبِّكَ وَلَكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لا يُؤْمِنُونَ
"Sesungguhnya (Al Qur’an) itu benar-benar dari Tuhanmu, tetapi kebanyakan manusia tidak beriman." (Huud: 17)
Ulama Tafsir, Syaikh Sa’di Rahimahullah mengomentari ayat-ayat di atas, "Ayat-ayat tersebut menunjukkan bahwasanya janganlah seseorang berdalil menggunakan banyaknya orang yang mengerjakannya. Tidak pula sedikitnya orang yang menempuh suatu perkara menunjukkan bahwasanya perkara tersebut salah. Bahkan kenyataanya seringkali sebaliknya. Sesungguhnya para pelaku kebenaran justru jumlahnya lebih sedikit, akan tetapi paling besar ganjaran dan balasanya di hadapan Allah kelak."
Sebaliknya Allah memuji Nabi Ibrahim ‘alaihis salaam, walaupun ia sendirian:
إِنَّ إِبْرَاهِيمَ كَانَ أُمَّةً قَانِتًا لِلَّهِ حَنِيفًا وَلَمْ يَكُ مِنَ الْمُشْرِكِينَ
"Sesungguhnya Ibrahim adalah seorang imam yang dapat dijadikan teladan lagi patuh kepada Allah dan hanif. Dan sekali-kali bukanlah dia termasuk orang-orang yang mempersekutukan (Tuhan)." (An Nahl: 120)
” اتَّبِعْ طُرُقَ الْهُدَى وَلَا يَضُرُّكَ قِلَّةُ السَّالِكِينَ، وَإِيَّاكَ وَطُرُقَ الضَّلَالَةِ وَلَا تَغْتَرَّ بِكَثْرَةِ الْهَالِكِينَ “.
Berkata Fudhail bin ‘Iyaadh Rahimahullah, "Ikutilah jalan hidayah (yang benar) dan tidaklah jumlah yang sedikit itu merugikan kalian, dan berhati-hatilah terhadap jalan-jalan kesesatan dan janganlah terpedaya dengan banyaknya orang yang tersesat (binasa)."
(Al I’tishom Lisyaathiby 83/1)
Artikel: www.ibnuumar.or.id
0 Komentar