Wakaf SMP Islam Ibnu Umar

Penjelasan tentang Sujud Sahwinya Makmum

 


Penjelasan tentang Sujud Sahwinya Makmum

Sebelum kami menjelaskan tentang permasalahan ini, kami berasumsi bahwasanya pembaca memahami apa itu sujud sahwi, tata cara, dan hukumnya, khususnya ketika ia shalat sendiri atau menjadi Imam.

Yang ingin kami jelaskan, adalah bagaimanakah sujud sahwinya makmum dalam posisi shalat berjama’ah, karena di sini sangat banyak sekali muncul kemungkinan-kemungkinan yang menjadikan banyak di antara kita belum memahaminya dengan benar.

Maka untuk lebih memberikan kepada pembaca gambaran yang jelas, maka kami ringkaskan beberapa kemungkinan di bawah ini.

1. Kemungkinan pertama, makmum mendapati seluruh raka’at bersama Imam (tidak masbuq). Kemudian Imam melakukan kesalahan atau lupa dalam shalatnya, walaupun makmum tidak mengikuti kesalahan atau kelupaan dari si imam.

2. Kemungkinan kedua, jika makmum dalam keadaan masbuq, dan Imam melakukan kesalahan atau lupa dalam shalatnya. Makmum mendapati kesalahan atau lupanya imam tersebut.

Contoh:

Fulan adalah makmum masbuq dan ia mendapati Imam sudah berdiri di raka’at kedua. Di raka’at ketiga Imam melakukan kesalahan atau lupa dalam shalatnya.

3. Kemungkinan ketiga, Jika makmum dalam keadaan masbuq, dan Imam melakukan kesalahan atau lupa dalam shalatnya sebelum makmum masuk di dalam shalat berjama’ah tersebut. Makmum tidak mendapati kesalahan atau lupanya imam tersebut.

Contoh:

Fulan adalah makmum masbuq dan ia mendapati imam sudah berdiri di raka’at ketiga, padahal di raka’at pertama atau kedua imam telah melakukan kesalahan atau lupa dalam shalatnya, yang mana makmum tadi tentu saja tidak mendapatinya atau tidak mengetahuinya, karena ia baru mulai berjama’ah di raka’at ketiga.

4. Keadaan keempat adalah makmum tidak dalam kondisi masbuq. Sedangkan ia melakukan kesalahan atau lupa di shalatnya bersama imam. Maka dalam keadaan ini ada perinciannya;

a. Ia lupa membaca bacaan wajib, tapi bukan rukun, seperti membaca bacaan pada ruku’

سبحان ربي العظيم

b. Ia lupa atau meninggalkan salah satu bacaan atau gerakan shalat yang dapat membatalkan shalat, seperti halnya melupakan bacaan al fatihah.

Sebelum kita masuk ke dalam penjelasan bagaimana sujud sahwinya makmum berdasarkan empat kemungkinan di atas maka kita harus mengetahui dahulu dalil utama dari permasalahan ini.

Pertama: Dalil tentang disyariatkanya sujud Sahwi.

Hadits Abu Sa’id Al-Khudry Radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda;

(( إِذَا شَكَّ أَحَدُكُمْ فِي صَلَاتِهِ، فَلَمْ يَدْرِ كَمْ صَلَّى ثَلَاثًا أَمْ أَرْبَعًا، فَلْيَطْرَحِ الشَّكَّ وَلْيَبْنِ عَلَى مَا اسْتَيْقَنَ، ثُمَّ يَسْجُدُ سَجْدَتَيْنِ قَبْلَ أَنْ يُسَلِّمَ )) (1)

"Jika salah seorang di antara kalian ragu di dalam shalatnya, kalian tidak tahu apakah sudah shalat tiga atau empat raka’at, maka hendaknya ia melemparkan keraguanya tersebut dan ia membangun shalatnya di atas apa yang ia yakini lalu ia sujud dua kali sebelum shalat."

Kedua: Hadits Anas bin Malik Radhiallahu ‘anhu, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda;

(( إِنَّمَا جُعِلَ الإِمَامُ لِيُؤْتَمَّ بِهِ، فَإِذَا كَبَّرَ فَكَبِّرُوا، وَإِذَا رَكَعَ فَارْكَعُوا، وَإِذَا سَجَدَ فَاسْجُدُوا، وَإِنْ صَلَّى قَائِمًا فَصَلُّوا قِيَامًا )) (2)

"Sesungguhnya dijadikan (seseorang) Imam hanya untuk diikuti, apabila ia takbir maka kalian harus bertakbir juga, jika ia ruku’ maka kalian ruku’ juga. Jika ia sujud maka sujudlah kalian, jika ia shalat berdiri maka shalatlah kalian berdiri juga."

 Catatan: Makmum mengikuti makmum hanya pada sesuatu yang dhahir saja.

Ketiga: Kaidah Fiqih yang berbunyi

“التابع تابع”

"Sesuatu yang tidak bisa dipisahkan dari yang diikuti (matbu’)-pasti mengikuti sesuatu yang diikuti tersebut (matbu’)."

Maksud dari kaidah ini adalah, segala sesuatu yang mengikuti lainnya, atau tidak bisa dipisahkan dari lainnya dalam wujud maupun hukumnya, maka ia mengikutinya (yang diikuti tersebut) dalam hukumnya. Diterapkan padanya hukum sebagaimana diterapkan hukum pada sesuatu yang ia ikuti.

Contoh penerapan kaidah:

1. Jika kita menyembelih kambing yang di dalam perutnya ada bayi kambing tersebut. Maka sebagaimana daging kambing tersebut halal untuk dikonsumsi, maka begitu juga daging bayi kambing yang ada di perut induk kambing tersebut, tanpa perlu menyembelih ulang bayi tersebut.

2. Jika Imam salah atau lupa di dalam shalatnya, maka makmum wajib ikut sujud sahwi bersama Imam walaupun ia makmum tidak lupa dan tidak melakukan kesalahan sebagaimana yang ada pada imam.

Penjelasan empat keadaan makmum di atas

1. Dalam keadaan pertama, makmum wajib sujud sahwi bersama imam, baik sujud sahwi tersebut setelah salam ataupun sebelum salam. Sesuai dengan dalil dan kaidah yang telah kami sebutkan. Makmum adalah Taabi’ dan Imam adalah matbu’, dan hukum Taabi’ mengikuti matbu’

2. Dalam keadaan kedua ada perincianya;

a. Jika Imam sujud sahwi sebelum salam. Maka makmum ikut sujud bersama imam. kemudian ketika imam salam, maka makmum melanjutkan menyempurnakan raka’at shalat yang ia tertinggal dari imam. Di akhir raka’at ia melakukan sujud sahwi lagi.

Penjelasanya:

• Sebenarnya makmum tidak boleh melakukan sujud sahwi yang pertama bersama Imam, karena ia statusnya adalah makmum masbuq. Posisi sujud sahwi Imam di akhir raka’atnya sedangkan posisi sujud sahwi makmum belum di akhir shalatnya. Sujud sahwi tidak boleh dilakukan kecuali di raka’at terakhir. Adapun mengapa makmum wajib mengikuti makmum sujud sahwi adalah dalam rangka mengikuti (taabi’) gerakan Imam.

• Adapun sujud sahwi yang kedua adalah dalam rangka mengikuti status hukum yang melekat pada Imam. Makmum adalah taabi’ dan Imam adalah matbu’. Maka wajib sujud sahwi bagi makmum di akhir raka’atnya, walaupun yang pertama tadi ia telah sujud sahwi bersama Imam.

• Jika ada yang bertanya, "Apakah boleh sujud sahwi dua kali dalam satu shalat?"

Maka jawabanya adalah berupa pertanyaan juga
"Bolehkah duduk tahiyat tiga kali dalam shalat fardhu, atau adakah shalat fardhu yang duduk tahiyatnya sebanyak tiga kali?"

Jawabanya:

Dalam keadaan normal tentu saja tidak ada. Duduk tahiyat paling banyak dalam shalat fardhu adalah dua kali. Akan tetapi dalam shalat berjama’ah empat raka’at, memungkinkan makmum untuk duduk tahiyat sebanyak tiga kali, dan ini tidak salah dan aneh. Salah satu duduk tahiyat makmum masbuq ini bukan pada tempatnya, akan tetapi ia lakukan dalam rangka mengikuti Imam.

Begitu juga tidak aneh dan tidak salah apabila makmum masbuq harus sujud sahwi sebanyak dua kali, karena sujud sahwi yang pertama ia lakukan dalam rangka mengikuti Imam dan bukanlah pada tempat seharusnya.

b. Jika imam sujud sahwi setelah salam. Maka makmum tidak boleh mengikuti Imam sujud sahwi, bahkan ia harus berdiri menyempurnakan raka’at yang ia tertinggal dari Imam. Karena shalatnya Makmum belum berakhir, dan dengan mengikuti makmum salam secara sengaja akan membatalkan shalatnya. Sujud sahwi ia lakukan di raka’at terakhir, sesuai dengan dalil dan kaidah yang sudah kami jelaskan diatas.

3. Dalam keadaan ketiga ada perincianya juga,

a. Apabila imam melakukan sujud Sahwi sebelum salam, maka makmum mengikuti Imam sujud lalu bangkit melengkapi raka’at yang tertinggal ketika Imam selesai dari salamnya. Tidak wajib baginya untuk sujud sahwi dua kali di akhir shalatnya. Karena kesalahan Imam yang tidak didapati makmum tidak disematkan hukumnya padanya. Akan tetapi jika ia mau melakukanya, maka tidak mengapa, keluar dari masalah khilaf.

b. Apabila imam melakukan sujud Sahwi setelah salam, maka makmum tidak mengikuti sujud Sahwinya imam baik ketika itu, atau nanti setelah makmum menyelesaikan shalatnya. Alasanya sama dengan di atas.

4. Dalam keadaan keempat dimana kesalahan atau lupa datangnya dari makmum itu sendiri, dan bukan oleh imam. Maka ada perincianya sebagai berikut;

a. Makmum lupa membaca bacaan wajib, seperti membaca bacaan pada ruku’

سبحان ربي العظيم

Maka, ia tidak perlu sujud sahwi di akhir shalatnya, mengingat kesalahan tersebut telah tertutupi oleh posisinya sebagai makmum.

b. Adapun jika ia lupa atau meninggalkan salah satu bacaan atau gerakan shalat yang dapat membatalkan shalat, seperti halnya melupakan bacaan al fatihah. Maka di akhir shalat, ketika imam selesai salam, maka makmum tidak ikut salam akan tetapi berdiri untuk menambah raka’at dimana ia lupa membaca al fatihah, karena hukum membaca al fatihah itu wajib dan merupakan rukun shalat. Setelah selesai menyempurnakan shalat dan bacaanya, makmum tadi sujud Sahwi setelah salam.

Wallahu ‘alam.

1. Hadits Riwayat Muslim no. 571 Bab Sahwi di dalam Shalat.
2. Muttafaqun ‘alaihi. HR. Bukhori no. 389, Muslim no. 411

Artikel: www.ibnuumar.or.id

Posting Komentar

0 Komentar